Godaan akan kesuksesan dan uang bisa menghancurkan karakter lebih dari yang semestinya. Menjadi orang yang jujur, seiring dengan perjalanan waktu, berarti menjadi satu orang yang berbeda di antara sepuluh ribu orang lainnya
(William Shakespeare)
Alkisah, setelah ditetapkan sebagai calon pengganti raja menggantikan ayahanda nya, sang raja muda yang masih perjaka tenteng itu diwajibkan untuk segera menikah. Konvensi dan pendapat para tetua adat, alangkah tidak elok jika seorang raja tatkala memerintah yang dikelilingi wanita-wanita cantik ternyata belum menikah. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan bencana gossip yang tidak saja akan berpotensi mencoreng moreng wibawa kerajaan, tetapi juga dapat mengurangi produktivitas para penikmat gossip.
Tak ada pilihan bagi keluarga istana kerajaan kecuali mengikuti saran tersebut. Raja senior menyarankan opsi perjodohan, namun ditolak mentah-mentah oleh sang raja muda yang berpendidikan modern tersebut. Baginya pernikahan adalah cinta suci, tak bisa dipaksakan dan dicampur adukkan oleh motivasi apapun termasuk motivasi politik meskipun atas nama kepentingan umum. Setelah perdebatan alot tak menemukan solusi, maka demi mencari calon permaisuri, opsi terobosan pun muncul yaitu melalui proses sayembara. Sepanjang kerajaan berdiri, opsi belum pernah ditempuh bahkan dipikirkan pun tidak.
Kesepakatan sudah bulat dan panitia sayembarapun sudah dibentuk termasuk dengan aturan mainnya. Dalam sayembara tersebut, para kontestan diharuskan mengikuti tahapan-tahapan penyaringan yang super ketat. Tahap yang pertama adalah seleksi administrasi. Dalam tahapan ini, Calon peserta dinilai kelayakannya berdasarkan seleksi data administratif seperti: Surat keterangan dokter, usia, pendidikan, surat tertulis tentang kesedian sang putri untuk menjadi permaisuri, lengkap dengan cap jempol dan tanda tangan kedua orang tua, foto terbaru dan lain-lain. Tahapan kedua, seluruh peserta yang lolos verifikasi tahap awal akan dipanggil ke auditorium istana untuk berjumpa dengan raja, lalu mengikuti test fisik, senam, tari dan lain-lain. Tahap ketiga adalah tahap yang sangat menentukan, karena jumlah peserta di tahap ini hanya 20 orang dan akan dilakukan wawancara lisan. Seluruh proses tahapan harus diikuti oleh sang Raja, dan pada tahapan paling akhir mesti dihadiri oleh raja senior tentunya dengan tujuan agar sang Raja Muda tidak sampai keliru menetapkan pilihan akhirnya. Sedangkan tahap keempat adalah pengumuman dewan juri dan penetapan putri terbaik dan sekaligus upacara penobatannya sebagai permaisuri sah kerajaan.
Ada kisah menarik untuk dicermati di balik proses seleksi. Dari pengakuan dewan juri, sebagaimana juga tertulis dalam dokumen kerajaan yang kemudian diterbitkan dengan judul ”Fakta Integritas”, ditemukan bahwa ternyata banyak peserta yang melakukan manipulasi. Mulai dari manipulasi usia, memalsukan ijazah, hingga ada yang menggunakan foto palsu. Namun yang lebih menghebohkan adalah ketika seorang ibu menyelundupkan putri dari warga kerajaan tetangga untuk diikutkan menjadi peserta kontes demi motivasi nya ingin menjadi keluarga Istana. Padahal ini jelas-jelas melanggar ketentuan.
Kejelian dewan juri terhadap semua proses seleksi ini, telah memperlancar jalannya sayembara. Yang bisa dilakukan adalah melakukan cross check dan memperketat tim penyeleksian. Dari tahapan seleksi admistrasi ini, dari ribuan pendaptar ditetapkan 100 orang peserta terpintar, tercantik, dan yang dipandang ideal dari sisi administrasi . 100 orang gadis pilihan ini kemudian diumumkan lolos dan semuanya berhak mengikuti tahapan berikutnya, tahap kedua.
Pada tahapan kedua, seratus orang peserta yang lolos verifikasi tahap awal dipanggil ke auditorium istana untuk berjumpa dengan raja. Dihadapan sang raja, peserta itu mengikuti tes fisik, senam, tari dan lain-lain. Ketika tahapan ini berlangsung, persaingan antar peserta sudah sedemikian keras. Beragam manuver perserta terjadi pada tahapan ini. Kesempatan interaksi dengan panitia dan sang keluarga kerajaan digunakan peserta sedemikian rupa untuk tebar pesona. Ada di antara peserta yang mencoba merayu sang raja dengan mengedipkan matanya dengan genit, ada yang menyogok sang panitia hingga ada yang sengaja menunjukkan simbol kecantikannya kepada sang raja dan panitia dengan harapan diloloskan kembali untuk mengikuti tahapan selanjutnya.
Melihat aroma persaingan yang sedemikian kerasnya dan tidak diduga sebelumnya, penasehat kerajaan segera menskor acara dan meminta waktu kepada raja untuk mem-briefing ulang panitia dan dewan juri. Raja setuju dan akhirnya disepakati untuk tahapan seleksi senam dan tari dilaksanakan di malam hari di sebuah tempat tertutup. Segera panitia diminta untuk mendesain ulang ruangan panggung sedemikian rupa sehingga dewan juri tidak akan terlihat peserta, tetapi tetap dapat memantau semua gerak-gerik peserta. Kemudian, teknisi kerajaan diperintahkan untuk membuat kaca tembus pandang dan memasang alat perekam semacam CCTV, sehingga semua kegiatan tari dan senam dapat terdokumentasikan dengan akurat.
Jam menunjukkan pukul 20.00. Sebuah panggung hiburan telah disiapkan. Seluruh peserta diminta untuk memasuki aula utama melewati sebuah lorong di bawah tanah yang telah ditaburi mutiara, emas dan permata kerajaan dan tanpa sepengetahuan peserta, dewan juri memantau seluruh kegiatan peserta tersebut dari kaca tembus pandang dan kamera tersembunyi. Sambil diiringi musik, para peserta diminta melewati lorong gelap tersebut satu persatu yang hanya ditemani oleh kerlap kerlip cahaya lampu menuju auditorium utama untuk mengikuti tarian massal.
Sebuah keanehan terjadi. Sang raja senior tampak geram, dan kaget setengah mati ketika melihat perilaku beberapa peserta yang ternyata lebih mencintai kekayaan sang raja. Terbukti dengan aksinya mengambil perhiasan kerajaan dan memasukkannya ke kantongnya, ke dalam celana dalamnya, ke branya, bahkan ada yang memasukkan ke mulutnya. Sang Raja senior yang terkenal sangat bijaksana itu hampir shock melihat perilaku pemudi bangsanya yang selama ini dibanggakan sebagai bangsa yang santun, berperadaban adiluhung, dan religius pula.
Dus, seluruh peserta telah masuk ke auditorium utama, dimana para pemusik istana sudah menyiapkan seabreg peralatan musik, mulai dari suling, kecapi, gitar, siter dan lain sebagainya dan telah siap beraksi mengharubirukan suasana panggung malam tersebut dengan berbagai alunan lagu, dan berbagai tarian. Mulai dari tarian lidah api, tarian pedang, tarian bintang-bintang, hingga tarian angkasa dengan dukungan pemusik dan penyanyi terbaik di negeri tersebut dipergelarkan. Ketika Lampu kerlap-kerlip dinyalakan, dan alat musik pun ditabuh, para peserta kompetisi mulai mengikuti alunan lagu tersebut, menari untuk merebut nilai tertinggi dari para juri dan mempengaruhi hati sang raja muda.
Ketika Musik mengalun semakin lembut dan para gadis pilihan menari mengikuti alunan musik yang didesain sedemikian rupa sehingga peserta dipastikan akan menggerakkan seluruh tubuhnya. Di tahap awal pelaksanaan pentas, seluruh peserta diharuskan untuk menggerakkan kedua kakinya dengan cepat dan meliuk-liuk laksana tarian salsa. Yah, pada tahapan ini raja dan dewan juri mengamati ada 20 peserta yang menjatuhkan mutiara dari (maaf) celana dalamnya. Rupanya mereka menyembunyikannya di sana, gerakan-gerakan tersebut telah membuat emas curiannya jatuh. Sang raja tampak tersenyum dan menepuk pundak sang penasehat kerajaan karena kelihaiannya membuat tahapan seleksi yang menjebak tersebut.
Sebuah kode tepuk tangan dari ketua panitia memberi isyarat kepada pimpinan pemusik untuk masuk ke lagu berikutnya. Lagu ini, mengharuskan peserta menari sambil menunduk dan menggerak-gerakkan kepala dan tangannya hingga nyaris menyentuh karpet merah. Dengan mengikuti tahapan ini akhirnya diketahui ternyata lebih banyak peserta yang meyimpan mutiara di kantong, bra, ketiak dan diselipkan di sanggul rambutnya. Proses seleksi yang sangat cerdas tersebut telah menggugurkan sebanyak 80 orang peserta yang gagal akibat masalah moral.
Dewan juri pun segera melakukan rapat. Hasil rapat menyatakan hanya 20 orang peserta lulus seleksi tahap ini. Banyak peserta yang gugur karena kedapatan mencuri dan menguntit perhiasan kerajaan. Sang raja muda dikonfirmasi, apakah seleksi dapat dilanjutkan? Sang Raja muda tersenyum simpul pertanda setuju. Tampaknya ia telah menemukan seseorang yang memikat hatinya dari 20 orang peserta yang lolos tersebut.
Tahap selanjutnya adalah tahap yang sangat menentukan. Pada tahap ini jumlah peserta yang ada tinggal 20 orang. Masing-masing peserta akan mengikuti wawancara lisan untuk mengukur kualitas intelektual, emosional dan spritual yang akan dihadiri langsung oleh raja serta para penasehat kerajaan. Masing-masing peserta satu persatu diwawancarai tentang berbagai hal. Penanya pertama adalah sang raja sendiri. Bak penyair, sang raja menguji peserta dengan puitis sekali untuk mengetahui tingkat kelembuatan hati dan kehalusan budi bakal calon permaisurinya tersebut.
"Duhai wanita yang cantik, putri sang anugerah nan amat cerah, darimana gerangan datangnya tarian indahmu tadi? Dan bagaimana engkau bisa mengendalikan anggota badanmu mengikuti alunan sang irama ?” tanya sang Raja Muda. Sang putri nan cantik jelita sambil membungkuk kepada sang raja menjawab, "Yang mulia raja, hamba sama sekali tidak tahu jawaban pertanyaan paduka. Hanya inilah yang hamba tahu. Jiwa seorang filsuf bersarang di otaknya, jiwa seorang penyair ada di hatinya, jiwa seorang penyanyi bergema di tenggorokannya, tetapi jiwa seorang penari mengalir di seluruh tubuhnya." Sang raja muda kagum terpesona, mendengar jawaban cerdas dan brilian yang dikemukakan oleh sang gadis nan cantik rupawan tersebut. Hati nya berdentum sedemikian kerasnya pertanda apresisasi yang begitu dalam atas jawaban cerdas sang sang gadis tersebut. "Keindahan adalah apa yang menarik jiwa, kepadanya cinta diberikan dan bukan diminta." Bisik sang raja seolah-olah telah menemukan tambatan hatinya dan ingin segera mengakhiri kontes tersebut. Untung sang raja senior, mengetahui gejolak jiwa – melankolis sang puteranya tersebut dan dengan tegas meminta supaya kontes terus dilanjutkan.
Kemudian peserta berikutnya pun maju dan kepadanya ditanyakan apa gerangan motivasi yang membuat dirinya mendaftar menjadi calon permaisuri bagi sang raja muda tersebut? Dengan lemah lembut gadis jelita yang memiliki lesung pipi tersebut menyatakan, ia sangat ingin memperbaiki nasib keluarganya, karena sudah sejak lama mereka hidup di bawah garis kemiskinan yang membuat mereka sangat terhina. Lalu wanita ini berjanji jika dia terpilih menjadi permaisuri raja, ia tidak akan dendam terhadap kemiskinannya dan ia juga berjanji akan menjadi generator pemberdayaan bagi kaum wanita negaranya. Salahkah niat suci saya tersebut wahai paduka yang terhormat dan mulia? Tegas gadis si lesung pipi ini dengan penuh menghiba yang membuat dewan juri sangat terharu. Sang raja senior pun juga tampak terpesona, atas komitmen sang pemudi tersebut? Dan lantas segera membisiki seorang anggota juri, bila ia tidak terpilih menjadi permaisuri agar selepas kontes memberikan sejumlah harta Istana untuk sang Gadis malang tersebut atau memilihnya menjadi salah seorang mitra kerja kerajaan.
Peserta berikutnya muncul. Kepadanya ditanyakan kenapa tidak mengambil permata yang diletakkan di lorong-lorong istana, dan apa motivasinya maju sebagai kandidat permaisuri sang raja? Gadis berkulit putih langsat ini dengan penuh kesantunan menjawab, bahwa ia tidak ada masalah soal uang dan permata. Motivasi untuk menjadi sang permaisuri hanya didorong oleh keinginannya untuk menjadi penguasa di negeri ini. Ia ingin agar wanita sejajar dengan pria. Jika kelak ia berkuasa, maka ia akan memberdayakan kaum perempuan supaya setara dengan lelaki. Peserta-peserta yang lain muncul dengan argumen yang tak jauh berbeda, bahwa motivasi utamanya masih berkisar seputar popularitas tahta, kekuasaan dan pengaruh sang raja.
Sang raja dan dewan juri menemukan jawaban yang hampir sama, tak ada yang istimewa. Jawaban mereka hanya di seputar harta, kekuasaan dan popularitas. Meski mereka sangat cantik dan mempesona, sang raja muda kurang berkenan. Tampaknya ia sudah terpesona dengan gadis yang pertama namun ia tak ingin mendominasi keputusan. Karena itu ia bisikkan kepada sang ketua panitia untuk menanyakan kembali pertanyaan yang sama kepada sang putri jelita yang sangat terampil menari dengan hati tersebut, apa motivasinya maju sebagai calon permaisuri.
Sang ketua memanggil sang gadis cantik yang pandai menari tersebut. ”Wahai sang gadis, apa gerangan motivasimu ikut dalam kontes ini? dan kenapa engkau tidak mengambil mutiara dan permata yang telah disediakan pada lorong istana seperti gadis-gadis yang lain?”
Dengan penuh kelembutan sang gadis ini menjawab dengan sedikit membungkukkan badan. ”Wahai sang raja dan paduka yang mulia, dengarkanlah kisahku, ayahku telah memutuskan mengawinkanku dengan seorang laki-laki berpangkat dan kaya, sama seperti semua ayah yang berada dan terhormat yang menginginkan untuk melipatgandakan kekayaannya, takut akan kemelaratan. Dan aku beserta semua mimpiku hampir saja menjadi korban yang dipersembahkan di altar emas yang bagiku tidak ada nilainya kepada ketinggian derajat, yang sangat memuakkan dalam pandanganku. Aku adalah mangsa yang gemetar dalam cengkeraman materi yang, jika tidak digunakan untuk mengabdi kepada ruh, lebih mengerikan ketimbang kematian dan lebih menyengsarakan dari segala malapetaka. Aku meyakini kehormatan sejati, dari seorang lelaki yang baik dan mulia dan bermaksud membawaku ke jalan kebahagiaan dan menawarkan kekayaan bagi kemuliaanku. Namun aku menemukan bahwa semua itu tidak bermanfaat dibanding dengan satu cinta sejati dan suci, cinta yang tidak memandang apa pun sebagai berharga, tetapi tetap agung. Aku mencintai raja yang baik hati dan bijaksana. Inilah alasanku mengikuti kontes ini. Tegas gadis jenius nan cantik jelita dan bijaksana tersebut penuh percaya diri.
Energi dan kharisma sang gadis hebat tersebut, tampaknya mulai memengaruhi jiwa dan raga sang putra mahkota tersebut. Sang raja muda terus menatapnya dengan luapan cinta. Dadanya berdebar. Gadis itu tampak begitu elok dan anggung baginya. Tubuhnya sangat selaras satu bagian dengan bagian yang lain. Selain itu ia sangat bijaksana. ”Ini dia belaian jiwaku,” isyarat sang raja muda, seraya mengepalkan tangannya.
Merasakah hati anaknya telah tertambat dengan sang gadis nan jelita tersebut, sang raja senior segera bergumam memberi restu, ”Engkau punya banyak penggemar, tapi hanya dia yang mencintaimu. Wanita lain mencintai diri mereka sendiri dalam kedekatannya denganmu. Dia mencintaimu dalam dirimu sendiri. Wanita-wanita lain melihat ketampanan dalam dirimu yang cepat memudar. Tetapi dia mencintai yang tak terlihat dalam dirimu. Dan wanita tersebut telah menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga. Sebuah kebenaran yang terbuka namun rahasia; ia hanya dapat dipahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan, dan ketika kita mencoba menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal uap”.
Yap, semua peserta telah tampil dan tampaknya semua dewan juri termasuk raja telah menemukan sang permaisuri baru, namanya Dhya Aulia Hanifah. Bak gayung bersambut semua dewan juri secara koor mengamini pendapat sang raja dan dewan juri. Semua mengakui kehebatan wanita yang cerdas dan berhati emas itu. Kejujuran dan ketulusan cinta yang dimiliki sang gadis bijaksana tersebut tak membuatnya tergiur oleh kekuasaan, harta, popularitas dari sang raja muda. Cintanya yang suci dan berstandar tinggilah yang mengantarnya mengikuti kontes tersebut. Namun, akhirnya semua yang dimiliki sang raja ia dapatkan justru dengan hanya berbekal integritas diri dan cinta suci.
AMATI
Pelajaran dari kisah Kisah di atas menegaskan betapa berharganya cinta kasih, ketulusan, karakter, etos keikhlasan dalam berkarya ( dunia dalam diri ). Bahwa di balik semua gemerlap kemewahan, kekuasaan, privilege, ( dunia luar ) ada nilai lainnya yang harus dimiliki oleh seorang calon peraih sukses sejati . Cinta menembus batas-batas umum yang sering diciptakan oleh manusia itu sendiri. Cinta tak mengenal strata sosial, ekonomi. Kisah ini juga mengisyaratkan, bahwa sukses sejati mestilah dibangun diatas fondasi moral dan etika yang lebih kita kenal dengan istilah integritas diri atau karakter. Karakter adalah akar dan kesuksesan adalah buahnya. Manusia menjadi lebih mulia dari sengenap mahluk lainnya bukan karena supremasi naturnya yang hanya terbuat dari tanah liat sementera iblis terbuat dari api, tetapi karena adanya padanan ruh dan akal dalam diri sang manusia tersebut. Modalitas inilah yang membuat Tuhan menetapkan manusia sebagai khalifahnya, dan bukan mahluk yang lain.
***
Dalam perkembangan literature modern, terminology sukses ( Life skills sukses) terus mengalami berbagai penyempurnaan. Dahulu kala, keperkasaan fisik memang menjadi ukuran sukses seseorang. Namun perkembangan zaman menunjukkan fakta bahwa dibalik kekuatan fisik dan panca indra ( dunia luar ) ada keperkasaan akal. Emosional Quitient dan Spritual Quetion ( dunia Dalam diri ). Melalui akal sehat yang didayagunakan secara positif misalnya, manusia bertumbuh dan merekayasa peradaban hingga mampu menaklukkan angkasa raya. Keperkasaan akal bahkan kemudian ikut menentukan supremasi suatu negara atas negara lain. Namun tatkala manusia terjerembab pada pengkultusan akal yang berlebihan berpadu dengan keserakahan, hingga berbagai musibah silih berganti menghitamkan jalannya peradaban manusia, maka tiba-tiba muncul temuan baru akan keperkasaan kecerdasan emosional atas akal. Dan bahkan kini dunia modern sedang trend mendalami kedahsyatan kecerdasan spritual diatas berbagai kecerdasan yang ada. Fakta baru ini menunjukkan, Sehebat apapun kedahsyatan Ilmu dan Skill (keterampilan) seseorang tidak ada gunanya jika manusia tidak memadukannya dengan attitude atau nuraninya. Pada tataran inilah kita melihat sentralnya dimensi spritual dalam membingkai kesuksesan seseorang. Kini para pakar diberbagai belahan dunia mulai bersepakat bahwa kecerdasan sipritual yang terejawahtah dalam intergritas diri seseorang merupakan jantung dari setiap kesuksesan dan masa depan kecemerlangan peradaban dunia. Pada tataran inilah integritas dan karakter mulai menemukan elan vitalnya.
Karakter yang baik adalah modal utama dan pertama untuk menggapai sukses di bidang apa saja. Siapa pun yang memiliki integritas diri seperti jujur, amanah, suka menolong, terpercaya, (shiddiq, amanah, fathanah dan tablig), maka dia telah memiliki modal untuk sukses. Seringkali kita mendengar pernyataan yang bernada negatif terhadap integritas diri ini. Seperti “orang jujur tak memiliki kesempatan untuk kaya di dunia modern ini.” Pernyataan ini kini dipandang sebagai penyataan kuno dan pastilah merupakan buah dari argumentatif yang tidak bisa dipertanggungjawabkan alias dangkal. Karena faktanya, sebagaimana ditunjukkan dalam sebuah penelitian, bahwa salah satu faktor terpenting dari keberhasilan para milyuner adalah komitmen terhadap kejujuran dalam urusan bisnis. Integritas diri adalah hal yang terpenting dalam mencapai kemakmuran dan kebebasan finansial. Orang yang merasa sudah makmur jarang mengompromikan integritas diri demi uang. Bila mereka melakukannya, ini merupakan situasi gawat yang dapat menyeret mereka lebih jauh pada kehancuran.
Berdasarkan kenyataan ini, maka sesungguhnya mereka yang memiliki akhlak yang baiklah yang paling potensial dan berpeluang untuk memperoleh kesuksesan sejati. Sinyalemen ini selaras dengan munculnya trend mistyc corporate, yang terlihat pada para CEO perusahaan raksasa dunia, dimana mereka selain soleh secara sosial dan matang dalam skill manajerial juga sholeh secara individu.
Kita harus menolak untuk mengompromikan integritas diri kita demi alasan apa pun. Dunia ini menjadi sangat luas bagi mereka yang memiliki integritas diri. Sebaliknya dunia ini menjadi sangat sempit bagi mereka yang senantiasa menipu dan mengerjai orang lain. Muhammad Yunus, bankir dari Bangladesh, tidak memerlukan kontrak tertulis dengan para nasabahnya yang meminjam uang di bank miliknya. Namun beliau mengakui sendiri bahwa nyaris tidak ada dari peminjamnya yang menunggak atau mengemplang piutangnya, sehingga bank tersebut terus berkembang. Bandingkan dengan perbankan modern yang meski telah memproteksi dirinya dengan berbagai perjanjian hingga agunan, tetap sulit menjaga asetnya. Di era globalisasi saat ini, dengan kemajuan teknologi informasi serta kebebasan berdemokrasi, faktor jejak rekam integritas seseorang menjadi sangat penting. Kisah diatas menjadi salah satu bukti tentang pentingnya peranan dunia dalam manusia ( karakter ) dalam membentuk kesuksesan material seseorang.
******